STATIC ROUTING DAN DYNAMIC ROUTING
Routing adalah proses
pengiriman data dari satu host dalam satu network ke host dalam network yang
lain melalui suatu router. Agar router dapat mengetahui bagaimana meneruskan
paket paket ke alamat yang dituju dengan mengunakan jalur terbaik, router
menggunakan peta atau tabel routing. Table routing adalah table yang memuat
seluruh informasi IP address dari interfaces router yang lain sehingga router
yang satu denganrouterlainnyabisaberkomunikasi.
Bila kita mengacu pada
pemodelan OSI (Open System Interconnection),
maka proses routing terjadi pada Layer 3 (Network Layer). Karena terjadi
pada Layer Network, maka proses routing erat kaitannya dengan pengalamatan
logika atau IP Address.Untuk bentuk data yang akan diolah pada proses routing
adalah packet yang merupakan Protocol
Data Unit (PDU) di Layer 3, dimana Protocol
Data Unit yang diolah di Layer 1 disebut bit, Layer 2 disebut frame,
Layer3 disebut packet, Layer 4
disebut segmen sedangkan Layer 5
sampai 7 disebut data.
Didalam tabel routing
informasi routing akan disimpan dalam bentuk entry-entryroute (rute). Setiap entry
route akan menunjukkan network
address dari network yang dapat dituju oleh router tersebut. Entry route ini juga berisi tentang
informasi bagaimana cara mencapai network tersebut.Entry Route pada tabel routing tersebut dapat dibuat atau
dikonfigurasi secara manual oleh Administrator jaringan atau dapat juga
diperoleh router secara otomatis dengan melakukan pertukaran informasi routing
dengan router lain.
Routing dapat menghubungkan beberapa jaringan
yang terhubung langsung pada interfacenya, seperti pada gambar 2.1. Pada
jaringan tersebut tidak dibutuhkan teknik routing yang rumit karena merupakan
jaringan yang sangat sederhana. Kita hanya perlu mengaktifkan IP Address pada
masing-masing interface router dan kedua jaringan tersebut sudah dapat
terhubung.
Gambar 2.1. Dua network terhubung dengan sebuah router
Seperti yang kita
ketahui router berfungsi untuk mengirimkan paket data dari satu network ke
network lain sekaligus menentukan jalur terbaik (best path) untuk mencapai
network tujuan. Untuk menjalankan fungsi tersebut router menggunakan tabel yang
disebut tabel routing (routing tabel). Tabel tersebut berisi informasi
keberadaan beberapa network, baik network yang terhubung langsung (directly
connected network) maupun network yang tidak terhubung langsung (remote
network).
Tabel ini juga berisi
informasi bagaimana cara router tersebut mencapai suatu network. Tabel routing
ini sangat penting karena digunakan router sebagai pedoman untuk mengirimkan
setiap paket data yang diterimanya.
Informasi dalam tabel
routing berupa baris-baris network address yang disebut entry route(kadang cukup disebut route). Dalam setiap entry
route juga telah ada informasi tentang interface mana yang dapat digunakan
router tersebut untuk mengirimkan paket data. Kita dapat mengambil analogi
bandar udara sebagai router, penumpang sebagai paket data, papan informasi
perjalanan sebagai tabel routing dan pintu keberangkatan sebagai interface
router.
Jika kita adalah
penumpang yang ingin berpergian ke luar kota maka kita harus menuju bandar
udara, karena di bandar udaralah tersedia pesawat-pesawat yang dapat
mengantarkan anda ke kota lain. Begitu juga dengan sebuah paket data yang ingin
dikirimkan ke network lain, harus diberikan kepada router, karena routerlah
yang mempunyai kemampuan menghubungkan beberapa network itu.
Di bandar udara kita
tentu dapat melihat papan informasi yang berisi informasi kota-kota tujuan
beserta penerbangan apa yang dapat membawa kita ke kota tersebut. Dipapan
informasi itu juga dijelaskan maskapai penerbangan apa dan pintu keberangkatan
nomor berapa pesawat anda menunggu. Umumnya bandara memiliki beberapa pintu
keberangkatan.
Ini sama saja dengan
tabel routing yang berisi informasi network address yang dapat dituju oleh
router, beserta interface mana yang dapat digunakan untuk menuju network
address itu. Setelah kita menentukan kota mana yang akan dituju (tentunya
dengan membeli tiket yang sesuai), maka kita akan dituntun menuju pintu keberangkatan
dimana pesawat kita sudah menanti. Kita harus memilih pintu yang tepat untuk
kota tujuan dan pesawat yang sudah kita pilih. Ini dapat disamakan dengan
router yang mencocokan IP Address tujuan dari setiap paket data dengan entry
yang ada dalam tabel routing.
Jika ternyata ada entry
yang cocok, maka router akan mengalihkan paket data tersebut ke interface yang
dapat digunakan untuk mencapai network luar, tetapi jika ternyata tidak ada
enty yang cocok, maka router akan membuang paket data tersebut. Seperti kita
yang harus menggunakan pintu keberangkatan yang tepat untuk kota yang tepat
pula.
Ada 4 kategori entry
dalam tabel routing, yaitu :
a.
Directly
Connected network
Entry ini akan muncul
pada saat interface router diaktifkan dan dikonfigurasikan IP Address. Beberapa
jenis router status default dari interfacenya adalah disable (non aktif)
sehingga perlu diaktifkan oleh
Administrator Jaringan.
b.
Static
Routes
Entry ini adalah entry
yang diisi manual oleh Administrator jaringan, sehingga jika terjadi perubahan
jaringan, maka entry ini juga harus dirubah secara manual pula.
c.
Dynamic
Routes
Entry ini adalah entry
yang akan muncul karena hasil pertukaran informasi routing dari beberapa
router. Pertukaran informasi routing akan menggunakan routing protocol. Entry
ini tidak diisikan manual oleh Administrator jaringan. Dalam hal ini
Administrator hanya perlu mengaktifkan routing
protocol dan network yang akan di routing.
d.
Default
Routes
Entry ini digunakan
untuk menentukan kemana sebuah paket akan dikirimkan jika alamat tujuan dari
paket tersebut tidak terdapat pada tabel routing. Entry default routes bisa
dikonfigurasikan secara manual (static) ataupun didapat dari pertukaran
informasi dari routing protocol (dynamic).
Kemudian kita harus
mengetahui tentang mana network yang merupakan directly connected network dan
mana yang merupakan remote network dari sebuah router. Directly connected network adalah network atau jaringan yang terhubung
langsung pada interface sebuah router. Sedangkan remote network adalah
jaringan yang tidak terhubung secara langsung pada sebuah router. Untuk
menjangkau remote network sebuah route memerlukan router lain sebagai next hop
atau gateway.
Routing statik adalah teknik routing yang
dilakukan dengan memasukkan entry route ke network tujuan (remote network) ke
dalam tabel routing secara manual oleh Administrator Jaringan. Dalam memasukkan
entry route tersebut Administrator harus dapat mengetahui dengan pasti gateway
yang akan digunakan untuk mencapai remote network. Untuk jaringan yang terdiri
dari beberapa router, maka penentuan gateway maupun jalur (path) harus
dilakukan dengan lebih cermat.
Jika dalam jairngan terjadi perubahan
topologi maupun perubahan pengalamatan (IP Address) maka Administrator juga
harus secara manual melakukan perubahan pada tabel routing. Ini menjadi tidak
efisien untuk jaringan berskala besar atau jaringan yang sering mengalami
perubahan. Karena jika terjadi suatu perubahan kecil dalam jaringan maka
Administrator jaringan harus mengkonfigurasikan kembali entry route pada setiap
router yang ada dalam jaringan.
Dalam menerapkan routing static, kita akan
mengisikan entry route pada tabel routing secara manual di setiap router yang
ada dalam jaringan. Sebuah entry routing static yang akan dimasukkan ke tabel
routing harus mengandung 3(tiga) informasi, yaitu :
a.
Network
Address, informasi ini merupakan network address dari network yang akan dituju
(remote network).
b.
Subnet
Mask (prefix), informasi ini merupakan
prefix atau subnet mask dari network yang akan dituju.
c.
Next
Hop atau Gateway, informasi ini berguna memberitahukan kepada router tentang
bagaimana mencapai network tujuan yang telah didefinisikan di point (1). Next
Hop merupakan IP Address dari router tetangga yang dapat digunakan untuk
mencapai network tujuan (remote network).
a.
Keuntungan Static Routing
1)
keamanan
network karena static routing hanya mengandung informasi yang telah dimasukkan
secara manual.
2)
Pengiriman
paket data lebih cepat karena jalur atau rute sudah di ketahui terlebih dahulu.
3)
Deteksi
dan isolasi kesalahan pada topologi jaringan lebih mudah.
4)
Beban
kerja router terbilang lebih ringan karena pada saat konfigurasi router hanya
mengupdate sekali saja ip table yang ada.
b.
Kerugian Static Routing
1)
Waktu
konfigurasi lama
2)
Harus
tahu semua alamat network yang akan dituju beserta subnet mask dan next hoopnya
(gatewaynya).
3)
Tidak
cocok untuk jaringan berskala besar.
4)
Pengembangan
network
Jika suatu network
ditambah atau dipindahkan maka static routig harus diperbaharui oleh
administrator.
5)
Rentan
terhadap kesalahan saat entri data static route dengan cara manual.
6)
Administrasinya
adalah cukup rumit dibanding dynamic route, khususnya terdiri dari banyak router
yang perlu dikonfigurasi secara manual.
Pembatasan static router dapat menjadi
keuntungan apabila untuk sampai pada tujuan hanya melalui satu router.
Mari kita perhatikan gambar 2.2 yang
merupakan topologi sederhana network 192.168.10.0/24 dan 192.168.20.0/24 yang
dihubungkan oleh Router R0 dan Router R1. Kedua buah router tersebut masih
dihubungkan lagi dengan sebuah network yaitu network 10.10.10.0/24.
Gambar 2.2Dua jaringan yang dihubungkan dengan dua
router
R0
memiliki dua directly connected network, yaitu network 192.168.10.0/24 dan
10.10.10.0/24, sehingga setelah kita mengkonfigurasikan IP Address pada Fa1/0
dengan 10.10.10.1/24 dan Fa0/0 dengan 192.168.10.1/24 maka entry untuk network 192.168.10.0/24 dan 10.10.10.0/24 akan secara
otomatis masuk ke dalam tabel routing seperti berikut :
Dari tabel routing diatas, R0 tidak
mengetahui keberadaan remote network
192.168.20.0/24 yang terhubung ke interface Fa0/0 dari R1. Untuk memberitahukan
keberadaan network 192.168.20.0/24 tersebut maka kita harus memberitahukan
informasi sebagai berikut :
·
Network
Address = 192.168.20.0, yang merupakan network address dari remote network
yang akan dituju.
·
Prefix
= /24,
merupakan prefix dari network
192.168.20.0
·
Next hop(Gateway) = 10.10.10.2, yang merupakan IP Address dari Fa1/0 dari
R2, interface ini dapat digunakan oleh R1 untuk mencapai network
192.168.20.0/24
Perintah yang digunakan
untuk mengkonfigurasi routing static untuk mendapatkan entry route ke network 192.168.20.0/24 sebagai berikut :
Dengan begitu maka R0
akan memiliki informasi keberadaan network 192.168.20.0/24 dan dapat dicapai
melalui IP Address 10.10.10.2, sampai disini konfigurasi static pada R0 telah
selesai, berikut hasilnya :
Konfigurasi selanjutnya
harus dilanjutkan pada R1 dengan tujuan memberitahukan keberadaan network
192.168.10.0/24 yang dapat dicapai dengan menggunakan next hop 10.10.10.1 (Fa1/0), pada R1 untuk mendapatkan entry route ke network 192.168.10.0/24
seperti berikut :
Sehinga pada tabel
routing di R1 telah mengetahui keberadaan network 192.168.10.0/24 yang dapat
dicapai melalui interface Fa1/0 10.10.10.1 seperti berikut :
a.
Teknik Static Routing dengan
Summarization
Sebelum kita melakukan routing dengan Summarization, terlebih dahulu kita
mengenal route summarization yang
merupakan teknik merangkum atau meringkas beberapa network menjadi sebuah
network address, teknik ini juga dikenal dengan nama Route Aggregation atau Supernetting.
Router summarization digunakan untuk menyederhanakan tabel routing yang ada
pada router. Topologi yang akan digunakan untuk mengimplementasikan route
summarization terlihat seperti gambar 2.3
Gambar 2.3 Route Summarization
Penerapan route
summarization hanya akan mengambil implementasi dari Router4. Ini karena
Rrouter4 memiliki beberapa remote network
yang dapat dicapai melalui IP Address 10.10.10.2 Jika tidak menerapkan route summarization , maka perintah yang
harus kita masukkan pada Router4 adalah sebagai berikut :
Sedangkan tabel routing
yang akan dihasilkan dari tabel routing diatas sebagai berikut :
Namun jika menerapkan route summarization, maka entry yang akan perlu dimasukkan ke
Router4 hanyalah sebuah entry 192.168.0.0/21
dengan gateway 10.10.10.2 seperti berikut :
Sedangkan tabel routing
yang dihasilkan dengan menerapkan route
summarization adalah sebagai berikut :
Kita lihat dari tabel routing diatas, Router4 sanggup menjangkau
network lainya, hal ini dikarenakan entry
192.168.0.0/21 mewakili keberadaan enam jaringan tersebut. Cara untuk melakukan
summarization ialah sebagai berikut :
Kita akan meringkas
enam Network Address menjadi satu Network Address. Network Address hasil summarization
tersebut harus mewakili enam jaringan tersebut. Perhitungan untuk melakukan Route Summarization diuraikan sebagai
berikut :
Net I 192.168.0.0 = 11000000.10101000.00000000.00000000
Net II 192.168.1.0 = 11000000.10101000.00000001.00000000
Net III 192.168.2.0 = 11000000.10101000.00000010.00000000
Net IV 192.168.3.0 = 11000000.10101000.00000011.00000000
Net V 192.168.4.0 = 11000000.10101000.00000101.00000000
Hasil
Summarization =
192.168.0.0/21
Untuk
mencari hasil summarization, kita tuliskan kembali Network Address masing-masing sub network ke dalam notasi biner,
kemudian kita harus mencari sampai bit keberapa susunan Network Address tersebut memiliki persamaan. Uraian diatas
memperlihatkan bahwa sampai pada bit ke-21 bilangan biner dari keenam Network
Address tersebut masih sama. Jumlah bit-bit yang sama Network Address yang sama
inilah yang akan menjadi prefix baru
hasil route summarization adalah /21.
b.
Fail Over
Fail Over adalah teknik
yang menerapkan beberapa jalur untuk mencapai suatu network tujuan. Namun dalam
keadaan normal hanya ada satu link yang digunakan. Link yang lain hanya
berfungsi sebagai cadangan (redudant)
dan hanya akan digunakan bila link utama terputus.
Pada gambar 2.4, kita
dapat menentukan mana link yang akan digunakan
sebagai link utama dan mana link yang akan digunakan sebagai cadangan.
Sebagai contoh implementasi, network 10.10.10.0/24 akan menjadi link utama sedangkan
network 172.16.10.0/24 akan menjadi link cadangan.
Gambar 2.4 Fail Over Dengan Jalur Utama Pada Network
10.10.10.0/24
Konfigurasi static
routing yang perlu kita lakukan pada R1 adalah sebagai berikut:
Pada konfigurasi static
diatas, dapat kita lihat bahwa ada dua entry yang dimaksukkan untuk menuju
network 192.168.20.0/24. Satu entry menggunakan gateway 10.10.10.2 dan satu
entry dengan menggunakan gateway 172.16.10.2. Namun untuk entry yang kedua
ditambahkan nilai distance 250 (Administrative Distance).
Nilai Administrative Distance (AD) merupakan
nilai kepercayaan dari sebuah entry route.
Semakin kecil nilai AD maka semakin tinggi nilai kepercayaan terhadap entry tersebut. Jika kita kembali pada baris konfigurasi
routing statik pada R0, pada baris pertama tidak ditambahkan nilai distance, yang artinya entry tersebut akan menggunakan nilai
default AD dari routing statik yaitu 1. Sedangkan baris kedua ditambahkan nilai
distance sebesar 250 yang menandakan entry tersebut memiliki nilai AD sebesar
250. Pemilihan nilai 250 sebagai AD dalam implementasi ini hanyalah sebagai
pemisalan. Kita dapat memilih nilai AD yang lain namun kita harus memperhatikan
nilai-nilai AD dari protokol routing yang lain.Dibawah ini adalah daftar administrative distance untuk tiap
routing.
Tabel 2.1 Administrative Distance Untuk Tiap Routing
Tipe Routing
|
Administrative Distance (AD)
|
Connected
|
0
|
Static
|
1
|
Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)
summary route
|
5
|
Exterior Border Gateway Protocol (eBGP)
|
20
|
EIGRP (internal)
|
90
|
Open Shortest Path First Protocol (OSPF)
|
110
|
Intermediate System-to-Intermediate System Protocol
(IS-IS)
|
115
|
RIP
|
120
|
Exterior Gateway Protocol
|
140
|
On-Demand Routing
|
160
|
EIGRP (external)
|
170
|
Internal Border Gateway Protocol (iBGP) (external)
|
200
|
Unknown
|
255
|
Tabel routing R0 dapat
kita lihat seperti berikut :
Jika melihat tabel routing dari R0, kita dapat melihat sebuah entry untuk menuju network 192.168.20.0/24 yang
menggunakan Gateway 10.10.10.2, sedangkan kita tadi juga memasukkan entry untuk menuju network
192.168.20.0/24 yang menggunakan Gateway 172.16.10.2, akan tetapi tidak ada
didalam tabel routingnya, sementara di menu konfigurasi R0 dapat kita lihat
seperti ini :
Hal ini menandakan entry
route dengan gateway 10.10.10.2 merupakan entry yang aktif yang dapat
digunakan untuk mengirimkan data (link utama). Sedangkan entry route dengan gateway 172.16.10.2 merupakan entry yang tidak digunakan atau cadangan
(link cadangan).
Ssedangkan konfigurasi routing statik untuk R2 beserta tabel
routingnya dapat kita lihat sebagai berikut :
Sehingga tabel
routingnya sebagai berikut :
Pada tabel routing R1,
terdapat dua entry untuk menuju
network 192.168.10.0/24. Entry dengan
Gateway 10.10.10.1 sedangkan dengan Gateway 172.16.10.0 merupakan entry yang tidak aktif atau cadangan.
Routing dinamik (dynamic routing) merupakan teknik
routing dimana router akan memasukkan sendiri entry route kedalam tabel
routingnya untuk melakukan itu, router akan saling bertukar informasi routing
dengan router yang lain tentang jaringan yang mereka ketahui masing-masing
setelah mempelajari keberadaan jaringan lain beserta cara mencapai jaringan
tersebut, route akan membuat entry route
dan pada akhirnya memasukkannya ke dalam tabel routing.
Untuk bisa melakukan
pertukaran informasi routing, router-router tersebut harus menggunakan protokol
routing jika dua buah router ingin bertukar informasi routing, maka keduanya
harus menggunakan protokol routing yang sama. Berikut protokol routing yang
paling banyak digunakan:
·
Routing
Information Protocol (RIP)
·
Interior
Gateway Routing Protocol (IGRP)
·
Enchanced
Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)
·
Open
Shortest Path First (OSPF)
·
Intermediate
System-to-Intermediate System (IS-IS)
·
Border
Gateway Protocol (BGP)
Pada jaringan yang
menerapkan routing dinamic jika terjadi perubahan pengalamatan maupun topologi
maka router-router akan mengirimkan informasi perubahan tersebut kerouter lain.
Router-router tersebut akan bertukar informasi tentang perubahan yang terjadi dari
pertukaran informasi routing tersebut akan menghasilkan perubahan entry route
pada tabel routing secara otomatis pula.
Pada saat terjadi
perubahan dalam jaringan, router tidak serta merta langsung mengganti entry
pada tabel routingnya. Dibutuhkan selang waktu tertentu sehingga entry pada
tabel routing bisa berubah. Waktu yang diperlukan dari saat terjadi perubahan
aringan sampai terjadinya perubahan entry route pada tabel routing disebut
waktu convergence. Semakin pendek
waktu convergence maka semakin baik
untuk kestabilan sebuah jaringan, karena pada saat belum convergence tentu ada
entry-entry route yang tidak valid lagi, sehingga pengiriman paket dari satu
host ke host lain yang berbeda jaringan akan gagal.
Secara lengkap
penggunaan protokol berdasarkan jenis pengalamatan jaringan dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.2 Versi
Routing Protocol
Pengalamatan
|
Protokol Routing
|
IPv4
|
RIPv1,
RIPv2, IGRP, EIGRP, OSPFv2, IS-IS, BGPv4
|
IPv6
|
RIPng, EIGRP for
IPv6, OSPFv3, IS—IS for IPv6, BGPv4 for IPv6
|
IGRP dan EIGRP merupakan protokol routing proprietary dari Cisco
System, sehingga kedua protokol routing ini hanya ada pada router Cisco.
Dalam mengirimkan
update routing, beberapa protokol routing hanya mengirimkan informasi network
address tanpa menyertakan subnetmask atau prefix dari jaringan yang
dikelolanya. Beberapa lainnya menertakan subnetmask atau prefix pada saat akan
mengirimkan informasi network address. Protokol routing yang tidak menyertakan
subnetmask (prefix) disebut protocol
routing classful (classful routing
protocol). Sedangkan protocol routing yang menyertakan subnetmask (prefix) pada saat mengirimkan informasi
routing disebut classless (classless
routing protocol).
Yang termasuk protokol
routing classful adalah RIPv1 dan IGRP, sedangkan yang merupakan protokol
routing classless adalah RIPv2, EIGRP, OSPF, IS-IS serta BGP.
Sesuai dengan fungsinya
router akan memilih jalur terbaik, namun apakah yang akan digunakan sebuah
router untuk menentukan jalur terbaik tersebut ?
Untuk menentukan jalur
terbaik maka router menggunakan metric atau sering disebut routing metric.
Metric itu sendiri terdiri dari beberapa jenis dan metric antara protokol
routing yang satu dengan lainnya tidaklah selalu sama. Sehingga sebuah jalur
bisa saja menjadi jalur terbaik untuk suatu protokol routing namun tidak
menjadi jalur terbaik bagi protokol routing yang lain.
Adapun berbagai jenis
matric yang digunakan oleh protocol routing adalah sebagai berikut :
·
Hop
Count’
Protokol routing yang
menggunakan hop count akan menghitung jumlah lompatan (hop) untuk mencapai remote network. Jumlah lompatan terkecil
merupakan nilai yang terbaik.
·
Cost
Metric ini akan
memberikan harga (cost) pada setiap link yang ada dalam jaringan. Path yang
memiliki cost dengan nilai terkecil yang akan menjadi best path (jalur
terbaik).
·
Bandwidth
Penggunaan bandwidth
sebagai matric hampir sama dengan penggunaan cost. Protokol routing akan
menghitung bandwidth pada setiap path dan akan menjadikan path dengan bandwidth
terbesar sebgai best path.
·
Load
Jika load yang
dijadikan metric, maka protokol routing akan menghitung beban dari setiap path
dan akan menjadikan beban terkecil sebagai best path.
·
Delay
Delay adalah waktu yang
diperlukan untuk mengirimkan paket data dari setiap path, tentunya delay
terkecil yang akan menjadi best path.
·
Reliability
Reliability adalah
nilai kehandalan dari sebuah path, misalnya sering tidak terjadinya error atau
kegagalan dalam link tersebut. Nilai reliability tertinggi yang akan menjadi
best path.
Metric antara satu
protokol routing dengan protokol routing yang lainnya tidaklah sama. Berikut
metric yang digunakan oleh masing-masing protocol routing.
Tabel
2.3 Routing Metric
Protokol Routing
|
Metric
|
RIP
|
Hop
count
|
IGRP dan EIGRP
|
Menggunakan gabungan
bandwidth, load, delay, reliability
|
OSPF dan IS-IS
|
Cost
(berdasarkan bandwidth)
|
Perhatikan jaringan
pada gambar 2.5. pada gambar tersebut R0 memiliki dua buah path untuk menuju
network 172.16.2.0/24. Path pertama melalui R1 baru kemudian ke R2 (hop count =
3), sedangkan path kedua adalah melalui R3 kemudian R4 dan selanjutnya baru ke
R2 (hop count = 4). Jika protocol routing yang digunakan pada jaringan tersebut
adalah RIP (menggunakan hop count sebagai matric) maka yang merupakan best path
adalah path yang memiliki nilai hopt count-nya yang terkecil, yaitu melalui R1.
Gambar 2.5Hop count
dan Bandwidth sebagai metric
Kondisi tersebut akan
berbeda jika yang digunakan adalah protokol routing yang menggunakan bandwidth sebagai metric, misalnya OSPF,
jika yang digunakan adalah OSPF (menggunakan cost berdasarkan bandwith sebagai
metric), maka yang akan menjadi best path adalah path melalui R3 karena
memiliki bandwidth yang lebih besar, meskipun path ini memiliki nilai lompatan
(hop) yang lebih besar.
Apabila yang terjadi
jika terdapat dua atau beberapa path yang ternyata memiliki nilai metric yang
sama, maka router akan menggunakan keseluruhan path tersebut untuk menuju
remote network. Kondisi ini disebut equal
cost load blancing atau load blancing.
Semua protokol routing mendukung fitur load
blancing dan akan memasukkan keseluruhan best path tersebut ke dalam tabel
routing, contohnya seperti gambar 2.6 sebagai berikut.
Gambar 2.6 R1 memiliki dua best path
a. Kelebihan
·
Waktu
konfigurasi lebih cepat
Untuk mengkonfgurasikan
protokol routing pada router relatif tidak membutuhkan waktu yang lama. Kita
cukup mengkonfigurasikan ip address pada setiap interface kemudian mengaktifkan
protokol routing dan kemudian mengenalkan jaringan yang terhubung langsung
dengan router tersebut
·
Dapat
langsung beradaptasi pada perubahan jaringan
Karena menggunakan
protokol routing yang secara dinamic memeriksa kondisi jaringan, maka perubahan
jaringan akan dapat diketahui dengan cepat oleh router-router. setelah
mengetahui perubahan tersebut, router-router akan kembali memperbaiki tabel
routingnya
·
Kemungkinan
kesalahan konfigurasi kecil
Karena konfigurasi yang
dilakukan tidak dengan menentukan secara manual setiap entry route, maka kemungkinan
kesalahan penentuan jalur jauh lebih kecil,. Kesalahan entry route hanya akan
diakibatkan oleh kesalahan router dalam membaca informasi routing dari router
lain.
·
Mendukung
untuk jaringan besar
Protokol routing dapat
dengan cepat beradaptasi terhadap perubahan jaringan, sehingga untuk jaringan
yang berskala besar akan sangat efisien.
b.
Kekurangan
·
Membutuhkan
resource yang besar
Protokol routing akan
menjalankan algoritma routing, membuat database jaringan sampai dengan urusan
kirim mengirim pesan informasi routing (update routing). Kesemuanya itu
membutuhkan CPU dan memori yang lebih besar dibandingkan jika hanya menjelankan
routing static.
·
Membutuhkan
kemampuan yang lebih dari administrator
Beberapa protokol
routing memang tidak terlalu rumit untuk dikonfigurasikan. Namu ada juga
protokol routing tertentu yang penerapannya membutuhkan administrator dengan
pengetahuan yang lebih tentang konteks, konfigurasi, pengujian dan troubelshoot
routing.
·
Relatif
kurang aman
Dikatakan kurang aman,
karena router akan menentukan sendiri entry route yang akan digunakan. Ini bisa
mengakibatkan salah penentuan jalur oleh router-router yang akan mengakibatkan
terjadinya routing loop. Selain itu pertukaran informasi routing dapat
dikacaukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab ini akan mengakibatkan
terjadinya entry route palsu dalam jaringan.
a.
IGP dan EGP
Pada jaringan berskala
besar, dikenal penggunaan Autonomous
System (AS) atau domain routing. Autonomous
System merupakan kumpulan router yang berada dibawah satu kendali
administrator dan menggunakan strategi routing yang sama. Berdasarkan
penggunaan dalam Autonomous System, protokol
routing dapat dibagai menjadi dua, yaitu :
·
Interior Gateway Protocol (IGP)
Interior Gateway Protokol
adalah protocol routing yang digunakan pada router-router yang berada dalam
satu Autonomous System. Atau dengan
kata lain IGP digunakan untuk menghubungkan jaringan-jaringan dalam sebuah Autonomous System. Sebagai contoh bila
kita ingin menerapkan routing pada sebuah jaringan internal kampus atau
internal sebuah perusahaan, maka kita harus menggunakan protokol routing
kategor IGP. Protokol routing yang termasuk IGP adalah RIP, IGRP, EIGRP, OSPF
dan IS-IS.
·
Exterior Gateway Protocol (EGP)
Exterior Gateway
Protocol adalah Protokol routing yang digunakan pada router-router yang berasal
dari Autonomous System yang berbeda.
Atau dapat dikatakan EGP digunakan untuk menghubungkan jaringan-jaringan yang
berasal dari Autonomous System yang
berbeda. Contoh penggunaan EGP dapat dilihat jika ingin dilakukan routing antar
kampus atau antar ISP. Satu-satunya protokol routing yang digunakan untuk
keperluan ini adalah BGP.
Contoh implementasi IGP
dan EGP dapat kita lihat pada gambar 2.7. Pada gambar tersebut terdapat dua
buah jaringan yang berbeda Autonomous
System (AS). Jaringan yang pertama dengan AS Nnumber 200 memiliki 3 buah
router yang menjalankan protokol routing OSPF.
Begitu juga dengan
jaringan dengan AS Number 300 yang memiliki 3 buah router yang menjalankan
protocol routing EIGRP. Kedua jaringan berada dibawah kendali Administrator
yang berbeda, sehingga Administrator dari AS Number 200 tidak mengetahui
strategi routing, topologi, pengalamatan maupun konfigurasi jaringan pada
network dengan AS Number 300. Administrator dari AS Number 200 tidak memiliki
otoritas atau kekuasaan untuk mengkonfigurasi router-router yang ada pada
jaringan AS Number 300, begitu juga sebaliknya.
Gambar 2.7Penggunaan IGP dan EGP
Untuk membangun kedua
jaringan ini, maka kedua Administrator menghubungkan kedua router terluar
mereka. Kemudian mengkonfigurasikan protocol routing BGP pada kedua router
tersebut. OSPF dan EIGRP pada kedua router digunakan untuk melakukan routing
pada jaringan internal masing-masing Autonomous
System (AS), sedangkan BGP digunakan untuk melakukan routing antara
jaringan dengan AS Number 200 dan jaringan dengan AS Number 300.
b.
Routing Information Protocol Versi
1 (RIPv1)
RIPv1 merupakan
protokol routing yang sangat sederhana dan memiliki banyak kekurangan. Namun
salah satu kelebihan RIPv1 adalah kemudahan saat akan diimplementasikan
(dikonfigurasi). Sehingga untuk jaringan yang berskala kecil, RIPv1 ini masih
memungkin untuk digunakan. RIPv1 juga terus dikembangkan dengan disempurnakan menjadi RIPv2
dan RIPng (RIP next Generation). RIPng merupakan protocol routing untuk
jaringan yang menggunakan pengalamatan IPv6. Dengan adanya RIPng menandakan
bahwa protocol routing ini masih akan tetap digunakan dimasa mendatang.
RIP
merupakan protocol routing yang paling tua dan merupakan pengembangan dari
protocol routing sebelumnya ada yaitu Gateway Information Protocol (GWINFO).
Pada
tahun 1988, Charles Hadrik menuliskan kembali spesifikasi RIP dalam RFC 1058
sebagai standarisasi yang akan digunakan secara menyeluruh. RIP yang tertuang
dalam RFC 1058 inilah yang dikenal sebagai RIPv1. Sedangkan pada tahun 1994 RIP
ditulis kembali dalam RFC 1723 sebagai RIPv2. Dan pada tahun 1997, RFC 2080
memuat standarisai tentang RIPng.
Karakteristik RIPv1
·
Merupakan protocol routing distance vector
·
Menggunakan jumlah lompatan network (hop count) sebagai metric routing.
·
Network tujuan dengan hop count 16 dianggap invalid (tidak dapat
dituju).
·
Proses pengiriman informasi routing (routing update) ke router tetangga
(neighbor) terjadi setiap detik dan dilakukan secara broadcast.
·
Pengiriman routing update menggunakan protocol UDP dengan source port
dan destination port 520.
·
Merupakan classful routing protocol
·
Menggunakan split horizon, route poisoning dan holdown timer untuk
mencegah routing loop.
·
Secara default nilai administrative distance adalah 120.
RIPv1
bekerja dengan menggunakan algoritma Bellman Ford dan merupakan protocol
routing distance vector, yang artinya RIPv1 hanya bekerja berdasarkan arah dan
jarak. RIP v1 hanya mengetahui kemana arah (vector) dan jarak (distance) untuk
mencapai suatu remote network. RIP tidak memiliki pengetahuan yang lengkap
tentang topologi jaringan. Padahal topologi tersebut sangat berguna sebagai
pedoman untuk mencapai remote network. Inilah yang merupakan salah sat
kekurangan dari RIPv1.
Karena
tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang gambaran topologi jaringan, maka
penggunaan RIPv1 dapat mengakibatkan terjadinya routing loop. Ini dangat
berbeda dengan OSPF yang memiliki gambaran topologi jaringan, sehingga dapat
mengetahui dengan baik jalur (path) yang dapat digunakan untuk mencapai network
tujuan.
Hop Count Sebagai Matric
RIP menggunakan hop count (jumlah jaringan yang dilewati) sebagai nilai
matric, dengan metric terendah sebagai metric terbaik. Bila untuk mencapai
network tujuan terdapat beberapa jalur (path) dengan nilai hop count yang
berbeda-beda, maka hop count yang terendah yanga akan dipih oleh RIP untuk dimasukkan kedalam table routing.
RIP Request dan RIP
Response
RIPv1 menggunakan dua jenis informasi routing (pesan) untuk menjaga dan
memelihara table routing, dengan tujuan dapat selalu mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi dalam jaringan. Dua jenis pesan (message) itu
adalah RIP request message dan RIP response message.
RIP response message sebenarnya
adalah informasi routing yang dikirmkan sebuah router ke router tetangganya.
RIP response message ini berisi network-network yang diketahui oleh sebuah
router, lengkap dengan metric untuk setiap network. RIP response message.
Sedangkan RIP request message adalah
pesan (message) yang dikirm sebuah router ke router tetangganya untuk meminta
informasi routing. Singkatnya, RIP request message dikirim untuk meminta rip
response message dari router tetangga. Hubungan antara RIP request message dan
RIP response message dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 2.8RIP Request Message dan Response Message
Jika R1 mengirim RIP request message
ke R2, maka dengan tidak menunggu interval waktu 30 detik, R2 akan segera mengirimkan
RIP response message ke R1. Padahal kita ketahui sebelumnya bahwa pengiriman
routing update atau RIP response message adalah setiap 30 detik. Routing uodate
tersebut akan diterima oleh R1, dan R1 segera memeriksa table routingnya. Jika
dalam routing update terdapat informasi network yang lebih baru maka R1 akan memasukkan network tersebut
kedalam table routingnya. Namun, jika ternyata informasi network dalam routing
update tersebut sudah ada dalam table routing, R1 akan memeriksa apakah metric
dalam update tersebut lebih baik dari metric yang ada dalam table routing.
Jika ternyata metric yang ada pada
update tersebut lebih baik, maka informasi network yang telah ada sebelumnya
dalam table routing akan digantikan dengan informasi yang lebih baru yang ada
dalam routing update.
RIP request message akan dikeluarkan
sebuah router pada saat router itu hidup (boot) dan saat kita mengaktifkan RIP
pada router.
RIPv1 Dalam Discontiguous
Network
Proses pemberian subnet mask atau prefix pada informasi network address
yang diterima dari router lain akan berbeda tergantung pada jenis jaringan.
Apakah jaringan tersebut merupakan contiguous network atau discontiguous
network.
Contiguous network adalah jaringan
yang terdiri dari beberapa network dan menggunakan pengalamatan yang hierarki.
Sedangkan discontiguous network (fragment network) adalah jaringan yang terdiri
dari beberapa network yang tidak penggunakan pengalamatan yang hierarki. Contoh
discontiguous adalah jaringan yang tediri dari beberapa network dimana ada dua
atau lebih network dipisahkan oleh sebuah network yang berbeda mayor
address-nya. Mayor network address sendiri mengacu pada pengalamatan classfull.
Router yang menjalankan RIPv1 akan
melakukan dua metode untuk menambahkan subnet mask pada informasi network
address yang diterimanya dari router tetangga, yaitu:
1.
Jika mayor network address yang ada pada informasi routing diterima
pada interface yang major network address-nya berbeda, maka subnet mask yang
digunakan bagi network address tersebut adalah default subnet mask sesuai
pembagian kelas IP Address. Inilah yang terjadi oada discontiguous network
2.
Jika major network yang ada pada informasi routing, diterima pada pada
interface yang major networknya smaa, maka subnet mask yang digunakan bagi network
address tersebut adalah subnet mask pada interface yang menerima routing update
tersebut.
Konfigurasi RIPv1
Tahap-tahap konfigurasi
RIPv1 pada berbagai jenis/merk router umumnya sama. Tahapan dapat diuraikan
sebagai berikut:
1.
Mengaktifkan RIPv1 pada router
Tahapan
ini bertujuan agar interface dari router dapat menerima dan mengirimkan
informasi routing (routing update) kepada orang lain.
2.
Meng-advertise Network
Pada
tahap ini, kita diminta untuk memasukkan network. Network yang akan diperkenal
kan (di advertise) kepada router lain melalui protocol RIPv1. Network address
dari network yang telah di advertise akan diserahkan pada routing update.
c.
Routing
Informasi Protocol Versi 2 (RIPv2)
RIPv2
merupakan penyempurnaan dari RIPv1 sehingga dalam beberapa karakteristik kedua
protocol routing ini adalah sama. RIPv2 dikembangkan untuk menutupi
kelemahan-kelemahan RIPv1 terutama dalam penerapan pada jaringan yang
menggunakan pengalamatan classless atau jaringan yang menggunakan pengalamatan
Variable Length Subnet Mask (VLSM).
Karakteristik RIPv2
Jika
diperbandingkan dengan RIPv1, maka RIPv2 memiliki persamaan dalam beberapa hal,
yaitu:
·
Keduanya merupakan protocol routing distance vector yang menggunakan
algoritma Bellman Ford
·
Keduanya menggunakan hop count sebagai metric-nya.
·
Keduanya menganggap network dengan hop count 16 adalah network invalid
(atau network yang tidak dapat dituju)
·
Secara default keduanya akan melakukan pengiriman informasi routing
(routing update) setiap 30 detik.
·
Keduanya akan mengirim routing update dengan mengunakan protocol UDP
dengan port pengiriman dan penerima adalah 520.
·
Keduanya akan mengirimkan keseluruhan isi table routingnya kepada
router tetangga (neighbor) pada saat melakukan pengiriman routing update.
·
Keduanya menggunakan split horizon, route poisoning, dan holdown timer
untuk mencegah routing loop.
Sedangkan
perbedaan dari kedua protocol routing ini adalah sebagai berikut:
·
Jika proses pengiriman informasi routing (routing update) RIPv1 dikirim
secara broadcast, maka RIPv2 akan mengirimkannya secara multicast
·
Jika routing update RIPv1 tidak menyertakan prefix, maka RIPv2 akan
menyertakan subnet mask atau prefix dari jaringan yang akan di advertise.
·
Jika RIPv1 merupakan protocol
routing classful, maka RIPv2 merupakan protocol routing classless.
·
Jika RIPv1 tidak memiliki fitur authentication dalam proses pengiriman
routing update, maka RIPv2 memiliki fitur authentication.
d.
Single
Ares OSPF
OSPF
(Open Shortest Path First) merupakan protocol routing link state dan digunakan
untuk menghubungkan router-router berada dalam satu Autonomous System (AS),
sehingga protocol routing ini termasuk juga Kategori Interior Gateway Protocol
(IGP). OSPF dikembangkan untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang dimiliki
oleh RIP, terutama pengimplementasian dijaringan berskala besar.
Untuk
dapat menangani jaringan berskala besar, maka OSPF menerapkan konsep area dalam
implementasinya. Sehingga pengimplementasian OSPF dikenal dengan dua cara yaitu
Singel Ares OSPF dan Multi Area OSPF. Untuk jaringan yang berskala kecil kita
dapat menerapkan Singel Area OSPF(OSPF Singel Area), namun untuk jaringan
berskala besar maka harus diterapkan Multi Area OSPF.
Karakteristik OSPF
·
Merupakan link state routing protocol, sehingga setiap router memiliki gambaran
topologi jaringan.
·
Menggunakan Hello Packet untuk mengetahui keberadaan neighbor router.
·
Routing update hanya dikirim bila terjadi perubahan dalam jaringan dan
dikirim secara multicast.
·
Menggunakan cost sebagai metric, dengan cost terendah yang akan menjadi
metric terbaik.
·
Tidak memiliki keterbatasan hop count, tidak seperti RIP yang hanya
bias menjangkau 15 hop count.
·
Merupakan classless routing protocol.
·
Secara default nilai Administrative Distance 110.
·
Memiliki fitur authentication (seperti RIPv2) pada saat pengiriman
routing update.
Router
yang menjalankan OSPF hanya akan bertukar informasi routing dengan router OSPF
lainnya yang berada dalam satu Autonomous System (AS). Namun sebelum melakukan
pertukaran informasi routing tersebut, router-roter tersebut akan melakukan
beberapa tahapan. Informasi routing yang dipertukarkan tidak sesederhana pad
RIP yang hanya saling bertukar table routing melalui routing update. Router
OSPF akan mengirimkan beberapa paker OSPF lainnya yang kesemuanya diguankan untuk
membentuk table routing. Pada OSPF dikenal dengan kondisi adjacency antar
router. Sebelum router-router tersebut bertukar informasi routing maka sebuah
router harus terlebih dahulu mencapai kondisi adjacency dengan router
tetangganya. Roter-router tidak akan bertukar routing update jika kondisi
adjacency belum tercapai.
OSPF Packet
OSPF
merupakan protocol routing yang sedikit lebih rumit. OSPF akan menggunakan 5
jenis paket data OSPF yang kesemuanya digunakan dalam tahapan pertukaran
informasi routing (routing update).
Kelima
jenis paket ini akan digunakan baik pada saat router-router akan mencapai kondisi adjacency maupun pada saat
router-router tersebut akan saling mengirimkan Link State Advertisement (LSA).Kelima
paket OSPF tersebut adalah sebagai berikut:
·
Hello Packet
·
Database Description (DBD) Packet
·
Link State Request (LSR) Packet
·
Link State Update (LSU) Packet
·
Link Stae Ack (LSAck) Packet
Hello Packet
Hello
packet merupakan packet OSPF yang sangat penting, karena packet OSPF inilah
yang akan menentukan apakah router-router yang bertetangga dapat mencapai
kondisi adjacency atau tidak. Jika kondisi adjacency tidak tercapai maka tidak
akan terjai pengiriman LSA antar router tersebut dan dengan tidak terkirimnya
LSA maka pertukaran informasi routing juga tidak akan terjadi. Dan jika tidak
terjadi pertukaran informasi routing maka jaringan tidak mencapai kondiri
convergence. Network-network tidak akan saling terhubung satu sama lainnya.
Hello
packet adalah paket yang hanya dikirim oleh router tetangga melalui interface
router yang telah diaktifkan OSPF nya.
DataBase Description (DBD)
Packet
DBD
paket digunakan untuk kepentingan sinkronisai Link State Database. DBD packet
berisi ringkasan Link State Database dan akan dikirim ke router lain. Router
yang menerima DBD paket tersebut akan membandingkan dengan Link State Database
yang dimilikinya untuk kemudian disinkronisasi.
Link State Request (LSR)
Packet
LSR
digunakan sebuah router untuk meminta informasi yang ada dalam Link State Database
milik router-router lainnya. Informasi ini bias saja informasi spesifik maupun
informasi tambahan yang dimiliki oleh router lain.
Link State Update (LSU)
Packet
LSU
Packet merupakan paket yang berisi informasi routing dari setiap router.
Informasi routing ini berasal dari Link State Database. LSU packet merupakan
jawaban dari LSR packet.
LSAck Packet
LSA
Ackknowledgment atau LSack merupakan
paket yang berguna untuk memberitahu kepada router pengirim LSU bahwa LSU
packet telah diterima.
OSPF Area
OSPF
diterapkan dengan konsep area yang merupakan pengelompokkan beberapa router secara logika, bukan secara
fisik. Ini berarti kita sendiri yang akan menentukan area-area tersebut beserta
router-router untuk setiap area.
Area
ini dimaksudkan untuk mengurangi besarnya flooding LSA pada saat terjadi
perubahan jaringan. Jika jaringan yang menerapkanOSPF telah
dikelompokkanmenjadi beberapa are, maka LSA hanya akan disebarkan (flooding) kepada router-router yang berada
dalam satu area, LSA tidak akan di flood kerouter yang berbeda area. Juga dapat
diterapkan route summarization antar area sehingga kita dapat mengurangi ukuran
table routing.
Router-router
OSPF yang berada dalam satu area akan menggunakan database yang sama dan selalu
berusaha untuk mensinkronisasikan database tersebut.
Untuk
mengidentifikasi area, maka setipa area memiliki pengenal yang disebut Area-ID. Area-IDditulis menggunakan 32
bit bilangan biner dan ditulis dalam bentuk decimal seperti IP Adress
(x.x.x.x). walaupun mirip dengan Ip Address akan tetapi perlu diingat area-Id
bukan IP Address.
Dalam
penerapan OSPF, area dpaat dibagi menjadi dua, yaitu:
§ Backbone Area, area ini memiliki Area-ID 0.0.0.0 dan merupakan area
yang diharapkan dapat melakukan forward paket data (IP Packet)
secepat-cepatnya. Area ini wajib ada jika ternyata hanya aka nada satu area
(singe area) dalam suatu jaringan. Jika ternyata dalam jaringan tersebut dibuat
beberapa area, maka backbone wajib ada karena berfungsi menghubungkan area-area
yang lain. End user atau host tidak boleh ditempatkan pada Backbone Area.
§ Reguler Area, area ini adlaah area selain backbone (non backbone
area) dan berfungsi menghubungkan end user. Jika dalam satu jaringan ada dua
regular area, maka kedua area tersebut harus melewati backbone area untuk
berkomunikasi.
Konfigurasi OSPF
Untuk konfigurasi OSPF setidaknya
ada 2 hal yang perlu dilakukan yaitu:
§ Mengaktifkan interface router
yang akan mengirimkan paket-paket OSPF
§ Mengkonfigurasikan network
yang akan di advertise menggunakan routing protocol OSPF sekaligus menentukan
network tersebut berada diarea mana.
e.
BGP (Borde Gateway Protokol)
BGP merupakan
salah satu jenis routing protokol yang digunakan untuk koneksi antar Autonomous
System (AS), dan salah satu jenis routing protokol yang banyak digunakan di ISP
besar (Telkomsel) ataupun perbankan. BGP termasuk dalam kategori routing
protokol jenis Exterior Gateway Protokol (EGP).
Dengan adanya EGP, router dapat melakukan pertukaran rute
dari dan ke luar jaringan lokal Auotonomous System (AS). BGP mempunyai
skalabilitas yang tinggi karena dapat melayani pertukaran routing pada beberapa
organisasi besar. Oleh karena itu BGP dikenal dengan routing protokol yang
sangat rumit dan kompleks.
Border Gateway Protocol disingkat BGP adalah inti dari
protokol routing Internet. Protocol ini yang menjadi backbone dari jaringan
Internet dunia. BGP adalah protokol routing inti dari Internet yg digunakan
untuk melakukan pertukaran informasi routing antar jaringan. BGP dijelaskan
dalam RFC 4271. RFC 4276 menjelaskan implementasi report pada BGP-4, RFC 4277
menjelaskan hasil ujicoba penggunaan BGP-4. Ia bekerja dengan cara memetakan
sebuah tabel IP network yang menunjuk ke jaringan yg dapat dicapai antar
Autonomous System (AS). Hal ini digambarkan sebagai sebuah protokol path
vector. BGP tidak menggunakan metrik IGP (Interior Gateway Protocol)
tradisional, tapi membuat routing decision berdasarkan path, network policies,
dan atau ruleset. BGP versi 4 masih digunakan hingga saat ini . BGP mendukung
Class Inter-Domain Routing dan menggunakan route aggregation untuk mengurangi
ukuran tabel routing. sejak tahun 1994, BGP-4 telah digunakan di Internet. semua
versi dibawahnya sudah tidak digunakan. BGP diciptakan untuk menggantikan
protokol routing EGP yang mengijinkan routing secara tersebar sehingga tidak
harus mengacu pada satu jaringan backbone saja
Karakteristik BGP
§ Digunakan
antara ISP dengan ISP dan client-client.
§ Digunakan
untuk merutekan trafik internet antar autonomous system.
§ BGP
adalah Path Vector routing protocol.Dalam proses menentukan rute-rute
terbaiknya selalu mengacu kepada path yang terbaik dan terpilih yang didapatnya
dari router BGP yang lainnya.
§ Router
BGP membangun dan menjaga koneksi antar-peer menggunakan port nomor 179.
§ Koneksi
antar-peer dijaga dengan menggunakan sinyal keepalive secara periodik.
§ Metrik
(atribut) untuk menentukan rute terbaik sangat kompleks dan dapat dimodifikasi
dengan fleksibel.
§ BGP
memiliki routing table sendiri yang biasanya memuat prefiks-prefiks routing
yang diterimanya dari router BGP lain.
Mengapa BGP?
BGP
memiliki kemampuan untuk mengontrol dan mengatur trafik-trafik dari sumber
berbeda di dalam network multi-home (tersambung ke lebih dari 1 ISP/Internet
Service Provider). Tujuan utama BGP adalah untuk memperkenalkan kepada publik
di luar network (upsteram provider atau peer) tentang rute atau porsi spasi
address yang dimiliki dengan “meminta izin” membawa data ke suatu spasi address
tujuan (meng-advertise).
Salah
satu kelemahan yang mungkin dihadapi oleh BGP routing adalah ia mempublikasikan
rute yang tidak diketahui bagaimana cara mencapainya. Ini dinamakan black-holing,
yaitu melakukan advertise, atau meminta izin untuk membawa data, tetapi
beberapa bagian spasi address adalah milik orang lain, akibatnya proses
advertise malah menyulitkan.
Hubungan BGP Neighbor
Arisitektur
Internet sebenarnya tersusun atas AS-AS yang saling terkoneksi. Router yang
berkomunikasi langsung melalui BGP dikenal sebagai BGP speaker. Beberapa BGP
speaker dapat ditempatkan pada AS yang sama atau AS yang berbeda. Dalam
masing-masing AS ini, BGP speaker berkomunikasi satu sama lain untuk melakukan
pertukaran informasi reachabilitas network berdasarkan set-set policy yang
dibangun dalam AS-AS.
Beberapa versi BGP
BGP versi 1
§ Ukuran
message 8 – 1024 byte.
§ Terdapat
8 bit field Direction yang menandkan arah yang diambil oleh informasi routing.
§ Lima
kemungkinan field Direction: Up, Down, Horizontal, EGP-derived information,
Incomplete
BGP versi 2
§ Ukuran
message 19 – 4096 byte.
§ Menghilangkan
konsep up, down, dan horizontal di antara AS-AS
§ Menambahkan
konsep path-attribute.
BGP versi 3
§ Ukuran
message 19 – 4096 byte
§ Mengklarifikasi
prosedur pendistribusian rute-rute BGP di antara speaker-speaker dalam sebuah
AS.
§ Meningkatkan
restriksi terhadap penggunaan path attribute Next-hop
BGP versi 4
§ Ukuran
message 19 – 4096 byte.
§ Path
atribute AS telah dimodifikasi sehingga set AS-AS dapat digambarkan sebagaimana
AS individual.
§ Inter-AS
Metric path attribute telah didefinisikan ulang sebagai Multi-Exit
Discriminator path attribute.
§ Local
preference path attribute ditambahkan.
§ Aggregator
path attribute ditambahkan.
§ Dukungan
untuk CIDR (Classless Inter Domain Routing)
Ringkasan Operasi BGP
Saat
sebuah router BGP baru dibangun, peer-peer BGP dengan sendirinya melakukan
pertukaran tabel routing yang mereka miliki, setelah itu peer-peer mengirim notifikasi
atau pemberitauan berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada tabel routing.
Update message memberi informasi peer BGP hanya untuk satu path. Bila perubahan
yang timbul mempengaruhi banyak path, maka multiupdate, message perlu dikirim.
Setelah BGP menghimpun update-update routingnya dari beragam AS, protokol akan membuat keputusan untuk mengambil path spesifik untuk masing-masing rute tujuan. Biasanya hanya satu path yang dibutuhkan untuk mencapai satu tujuan. BGP menggunakan atribut path (path attribute) yang dilepas kepadanya melalui update message agar bisa menentukan satu path terbaik bagi setiap tujuan.
Setelah BGP menghimpun update-update routingnya dari beragam AS, protokol akan membuat keputusan untuk mengambil path spesifik untuk masing-masing rute tujuan. Biasanya hanya satu path yang dibutuhkan untuk mencapai satu tujuan. BGP menggunakan atribut path (path attribute) yang dilepas kepadanya melalui update message agar bisa menentukan satu path terbaik bagi setiap tujuan.
Ada
dua bentuk sistem koneksi transport protocol yang penting dimengerti. Mereka
saling bertukar pesan (message) untuk membuka dan mengkonfirmasi
parameter-parameter koneksi. Alur data awal yang dihasilkan tidak lain berupa
keseluruhan tabel routing BGP, yang selanjutnya beberapa update penambahan
dikirim sebagai perubahan pada tabel routing. BGP dalam hal ini tidak menuntut
refresh secara periodik atas keseluruhan tabel routing. Oleh karena itu, BGP
speaker harus memelihara versi terkini keseluruhan tabel routing BGP dari semua
peer-nya selama durasi koneksi tertentu.
Pesan
KeepAlive dikirim secara periodik untuk memastikan kelancaran koneksi. Pesan
Notification dikirim untuk merespon adanya error atau kondisi-kondisi khusus
yang terjadi. Jika sebuah koneksi menemukan sebuah error, pesan Notification
segera dikirim dan koneksi pun ditutup.
Perangkat Hardware &
Software untuk Komunikasi BGP
Perlengkapan
yang dibutuhkan adalah router komersial seperti Cisco router dan Bay router
atau klon-klon PC yang menjalankan Linux, BSD, atau varian Unix lainnya dibantu
dengan program yang dinamakan gated untuk memanage BGP.
eBGP vs iBGP
BGP mensupport dua tipe
pertukaran informasi routing:
§ Pertukaran
di antara AS-AS yang berbeda (external BGP atau eBGP)
§ Pertukaran
dalam satu AS tunggal (internal BGP atau iBGP)
Sebuah
sistem BGP berbagi informasi reachabilitas network dengan sistem-sitem BGP
berdekatan lainnya yang dikenal dengan neighbor atau peer. Sistem BGP tersusun
atas grup-grup (groups). Dalam sebuah grup BGP internal, semua peer anggota
grup (internal peer) berada dalam AS yang sama. Grup internal menggunakan
rute-rute dari IGP untuk memutuskan penyampaian atau forwarding address-adress.
Mereka juga menyebarkan rute-rute eksternal di antara router-router internal
lain yang menjalankan BGP internal, menghitung next hop dengan mengambil hop
BGP yang diterima dengan rute, lalu memutuskannya menggunakan informasi yang
diperoleh dari salah satu IGP.
eBGP
dan iBGP saling berbagi protokol level dasar yang sama untuk bertukar rute dan
juga berbagi algoritma. Namun eBGP digunakan untuk bertukar rute di antara AS
yang berbeda, sedang iBGP digunakan untuk bertukar rute di antara AS yang sama.
Dalam faktanya, iBGP termasuk salah satu “interior routing protocol” yang dapat
digunakan untuk melakukan routing aktif dalam sebuah network.
Perbedaan
utama eBGP dan iBGP adalah bahwa eBGP tidak bosan-bosannya mencoba meng-advertise
setiap rute BGP yang diketahui ke semua orang sehingga mungkin harus digunakan
filter untuk menghentikannya. Sedang iBGP pada dasarnya cukup sulit bekerja
karena iBGP tidak meredistribusi rute-rute. Speaker iBGP dalam lingkungan
network harus melakukan peer dengan semua speaker iBGP lain untuk membuatnya
dapat bekerja (routing mesh).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar